Laman

artikel INEM


Ada artikel menarik tulisan dari Pak Joe Hartanto....tentang kecerdasan mengelola keuangan dari seorang INEM...

 

Ternyata pak Joe menemukan inem yg pintar dan cerdas, saya salut bgt sama si inem. Nih berikut ceritanya :

Financial freedom atau kebebasan keuangan adalah impian setiap orang, banyak sekali jalan untuk mencapai keadaan ini, ada yang menempuhnya melalui bisnis, properti, Saham, MLM, Internet dan lain sebagainya. Apapun kendaraannya, apapun caranya, apapun namanya, sebenarnya ‘benang merah’ dari itu semua adalah investasi.
Banyak orang ketika mendengar istilah investasi, yang terbayang di pikiran mereka sesuatu yang canggih, yang memerlukan uang yang banyak, pengetahuan yang dalam , dan segudang pengalaman. Jika investasi diartikan seperti diatas, artinya ‘Financial Freedom’ atau kebebasan keuangan hanyalah milik segelintir orang yang punya modal saja dong, hanya untuk segelintir orang yang pintar saja dong,….. Apakah benar demikian???

Sudah lama sekali saya ingin membahas mengenai ini, bahwa jika kita melakukan investasi,dengan tujuan untuk mencapai kebebasan keuangan, tidak selalu harus dihubungkan dengan saham, properti, atau bisnis yang canggih canggih, investasi sangat bisa dilakukan dengan cara yang amat sangat sederhana seperti cerita si Inem dibawah ini.

Beberapa minggu yang lalu saya baru saja menjemput dari rumah mertua saya dan mengantarkan si Inem…. seseorang yang lugu, sederhana, yang datang ke Jakarta dengan menempuh perjalanan selama 13 jam, meninggalkan 2 anaknya yang masih kecil dan seorang suaminya di kampung Surade, Sukabumi selatan, demi untuk mendapatkan pekerjaan sebagai seorang pembantu rumah tangga di rumah salah satu teman istri saya.
Dalam perjalanan selama kurang lebih 30 menit saya dan istri berbicara cukup banyak dengan Inem, saya menanyakan latarbelakang dia, dan alasan kenapa dia rela meninggalkan keluarga dan anaknya yang masih kecil di kampung hanya untuk mendapatkan pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga? Dari percakapan kami dengan Inem, saya menjadi amat terharu sekaligus kagum dan bangga dengan Inem. Mengapa? Karena ternyata seorang Inem, datang ke Jakarta tidak hanya sekedar bekerja sebagai pembantu rumah tangga, tapi mirip dengan perjalanan hidup saya selama 2 tahun di US, saya juga bukan bertujuan selamanya menjadi pelayan toko, tapi saya punya rencana besar, impian besar, pekerjaan yang saat itu saya jalani hanyalah sebagai batu loncatan saja. Inem ternyata juga memiliki impian besar untuk mencapai kebebasan keuangan, dia akan bekerja sebagai pembantu rumah tangga hanyalah untuk sementara waktu saja.

Apa yang akan dilakukan Inem untuk meraih kebebasan keuangannya? Menurutnya saat ini dia sudah memiliki 12 ekor bebek di kampung yang bertelur 1 butir setiap harinya, jika telur itu dia bisa jual dengan harga rp.1000/butir. Dia bisa mendapatkan Rp. 10 ribu perhari bersih dari hasil menjual telur bebek, setelah dipotong dengan biaya makan bebek bebek tersebut.

Rencananya adalah seperti ini : setiap bulan, Inem berencana untuk menabung gajinya sebagai pembantu, minimal Rp. 300 rb perbulan (setelah dipotong keperluan pribadi dan kirim uang ke kampung). Setelah 9 bulan menabung, Inem akan berhasil mengumpulkan Rp, 2,7 juta (9 x rp. 300rb).

Nah saat itulah Inem akan berhenti bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan pulang kampung untuk kembali berkumpul dengan anak dan suaminya tercinta. Karena uang tabungannya yang telah dikumpulkannya sebesar Rp. 2,7 juta, saat itu akan dia belikan bebek dengan harga 50rb perekor. Sehingga Inem bisa mendapat 54 ekor bebek baru. Artinya saat itu Inem akan memiliki 66 ekor bebek, yang jika setiap harinya, minimal bebek yang bertelur 2/3 dari jumlah bebek yang ada, paling tidak dia bisa mendapat sekitar 40an butir telur, yang jika dijual akan menghasilkan kurang lebih Rp.40 rb, setelah dikurangi biaya pakan bebek sebesar Rp.7000 perhari (Rp. 1000 / 10 ekor), hasil bersihnya adalah Rp. 33rb/hari, artinya hasil penjualan telur bebek adalah Rp.990.000 /bulan. Di mana saat itu, jumlah itu sudah jauh lebih besar dari gajinya saat ini yang hanya sebesar Rp. 650 rb/bulan dan saat itu Inem tidak perlu lagi berpisah jauh dari keluarganya.
 
Luarbiasa sekali kan….. rencana si Inem ini, suatu rencana mencapai kebebasan keuangan yang sederhana, tapi membuat saya kagum dengan pemikirannya. Sebuah rencana untuk menggantikan penghasilan aktifnya sebagai pembantu rumah tangga dengan penghasilan dari telur bebek. Sebuah rencana yang amat luarbiasa untuk seseorang yang hanya sempat sekolah sampai kelas 3 SD, itulah cara si Inem mencapai kebebasan keuangannya. Apakah setelah saat itu tiba, Inem hanya akan berdiam diri di kampung mengasuh anak dan suaminya mengangon bebek bebeknya? Ternyata tidak, sebagian dari hasil penjualan telur bebeknya tersebut, akan ditabungnya kembali, untuk nantinya digunakan sebagai modal membuka warung makanan atau membeli motor untuk dijadikan ojek….. nah lo…. Luarbiasa sekali kan…..Selamat Inem.
 
Eh asyik yaa kita bahas si inem :)

Yaa memang kadang kita terlalu sering membandingkan dan memikirkan sebuah investasi, memikirkan resiko, invest disini-invest disitu.

Akhirnya terlalu banyak logika yang dipakai, padahal ada hal lain dibalik logika dan hitungan di atas kertas. Yaitu sebuah "intuisi" atau insting atau perasaan you name it lah :p

Ya apapun itu namanya, kalo rasa rasanya nyaman invest disini, itung itungannya gak jelek jelek amat ya ayooo. Atau rasanya kok feeling saya mengatakan invest disini akan berkembang, soookk :)

Atau kayak marketing from venus (eh bener gak?by Hermawan K) bilang rasanya orang zaman sekarang lebih suka "merasakan" daripada "memperhitungkan".

enak jadi INEM, intuisinya masih tajam karena masih pakai logika sederhana :)
Kadang logika dipakai terlalu banyak bikin ribet, inem seneng pelihara bebek belum tentu cocok buat bejo yg suka pelihara ayam :))

Smoga bermanfaat ya. Mari kita sharing sesuatu yg positif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar